Kepada : _____________
Kamu itu kenapa sih? Ngeluh mulu, ngeluh mulu. Katanya capek? Terus, mau sampe kapan capek? Capek itu ada batasnya. Sama kayak kalo marah juga ada batasnya. Seneng ada batasnya, sedih ada batasnya. Adil kan? Terus kalo capek dan bermalas - malasan menurut kamu gak ada batasnya? Astaga, kemana sih otak kamu? Kecapekan sampe jadi sekecil kacang polong? Semangatnya dimana? Kamu punya cita - cita kan? Saya tau kok. Kamu punya mimpi gede banget kan? Saya tau. Kamu mau bikin keluarga kamu seneng kan? Saya tau. Yang kamu gak tau, kamu gak sendirian.
Di luar sana, banyak banget yang punya mimpi kayak kamu. Di luar sana, banyak banget yang mau bikin keluarganya seneng. Di luar sana, banyak yang punya cita - cita. Dan semuanya mau ngewujudin itu. Sekarang masalahnya, siapa aja yang paling lama tahan.
Lah, kamu? Mulai aja belom, kok udah lesu. Ayo dong! Saya sih percaya banget sama kamu, kamu tuh pasti bisa. Ampun deh, saya mengenal kamu luar dalam bahkan gerak gerikmu saya tau. Saya yakin, kalau semua terjadi ada alasannya, dan setelah semua yang telah kamu lalui, kamu mau itu cuman sebatas jadi 'masalah' doang? Bukannya menjadi 'berkat'?
Semua itu bisa transformasi, metamorfosa, bilang aja gitu. Kupu - kupu bisa, manusia juga bisa, apalagi masalah. Yang orang - orang gak tau, masalah itu sebenernya ya kayak kupu - kupu. Awalnya jelek, jijik dan menakutkan (bagi beberapa orang), bentuknya ulat dan lengket. Tapi, setelah masa itu lewat, kadang orang salah liat. Mereka kira, masa ulatnya udah selesai. Justru salah, itu saat dimana semuanya baru dimulai. Saat kepompong. Saat berpikir, saat merenung. Baru disanalah, semuanya dimulai.
Masa penentuan.
Apakah si kepompong akan mati sebagai kepompong saja, atau dapat berubah jadi kupu - kupu.
Ya sama seperti masalah, apa kamu mau terus ngenang itu sebagai masalah, atau cepat - cepat merubah itu jadi berkat?
Itu pilihan kamu, loh.
Yang pasti saya percaya sama kamu, percaya banget. Semangat ya? Kamu itu luar biasa, semua orang luar biasa. Tapi, saya punya kepercayaan lebih untuk kamu. Sekali lagi, karena saya tau kamu.
Janji gak usah sama orang lain. Muluk - muluk, kejauhan. Janji sama saya, ya?
Mimpi itu ada.
Dari : Hati
Kepada : Kepala
Wednesday, January 26, 2011
Sunday, January 23, 2011
Motion Limited
Browsed through my archives, and found out that.... I had changed a lot.
From this quirky and all-blabbing with my second personality posts about stupid things happened around me, which I wanted to be funny --- I don't know, I guess they turn out to be cheesy and corny o.O,
To this all these melancholy posts. This is like a change that the Americans expect from Obama.
No, not that my change made all the promises Obama made during his campaign happen, no. It's just that, it really flipped. A hundred and eighty degrees, I supposed.
So, just curious, which one do you prefer most? The 'funny' or 'melancholy' posts? Won't effect the upcoming posts, once again just curious. Will be more than happy if you share your thoughts to me, either to my e-mail clariszabenedicta@hotmail.com, or simpler than ever, tweet me! @Clatindaeng <-- Click on it! Gogogo!
Ticktock, I'm happily waiting!
Thank you, and loves!
Clarisza
Saturday, January 22, 2011
Pixie Dusts
"It's no magic at all, it's no blessing from God at all, it's only a suggestion.
Law of attraction, they call it."
Yes, you may say that. But have you ever considered, where does the suggestion, or law of attraction -- they call it, comes from?
Doesn't it from God, Himself?
The real truth is, we don't have to seek for miracle. Because God has planted all of the miracle inside of us. We just have to find the trigger to turn the miracle button inside of us on. It's there, inside of us. We pray not so the miracle will come to you, but to turn it on ---- and to keep it on.
Some people are too obsessed in miracles, they look for it everywhere. Under the table, under the bed, behind the clouds, inside the mountains, like everywhere. Possible or not possible. Have to say, how foolish they are. When they are too busy looking for them, they have missed all the miracles they're about to enjoy. They have missed the closest, most possible place where the miracle's house is located.
It's there! Why bother looking for it elsewhere? It's inside you.
We are the miracle.
Settings
Signed in to userfly, and discovered that some of my readers come from abroad! So, decided to write more posts in english.
Thank you for reading this extremely random blog. Hope you like it though. These posts, I wrote, come spontaneously into my head. I wrote the first thing that came into my mind, so excuse the lack of continuity, from one post to another or even from one paragraph to another :B
Love you all!
Clarisza
Thank you for reading this extremely random blog. Hope you like it though. These posts, I wrote, come spontaneously into my head. I wrote the first thing that came into my mind, so excuse the lack of continuity, from one post to another or even from one paragraph to another :B
Love you all!
Clarisza
Gateway
Mengawali pagi dengan sedikit hentakan dan teriakan. Astaga, si tangan cacat sudah menunjuk si angka lima? Astaga. Niatnya, mata ini sudah terbuka ketika ia baru menunjuk si angka 10, tapi apa daya. Si jendela jiwa ini ingin rehat lebih lama lagi. Ya sudahlah. Menikmati waktu lebih lama dalam alam mimpi tidak ada ruginya kan?
Pintu terbuka, masih gelap. Tapi pipi ini basah karena ciuman dari hujan. Awal yang baik untuk pagi yang baik. Sudah lama rasanya, terjaga ketika sendiri dan dibangunkan oleh hujan. Dasar, si kekasih yang selalu datang dan pergi....dan penuh kejutan. Itu yang kusuka darinya.
Mana si gelas berasap yang biasanya sudah tersedia depan mata? Ah iya...masih gelap. Semuanya masih beralam mimpi.......Teringat. teringat. Gelas, asap dan aroma. Teringat. Teringat. Hujan. Teringat. Teringat.
Pagi yang penuh kejutan, dasar hujan. Mencium dan kemudian menyentil? Hebat betul ya, kamu.
Teringat sebuah jiwa yang sedang redup sinarnya. Sedih betul, aku melihatnya. Ingin kubelikan cahaya pendar kalau bisa. Ingin kubelikan lilin kalau bisa. Ingin kubelikan pemantik, kalau bisa. Kalau itu dapat menyalakan sumbu-mu lagi. Bahkan, sumbu-mu tidak lagi terlihat. Tidak kasat mata.
Seperti tertutup, tenggelam dalam gelapnya jebakan jiwa. Terperangkap kegalauan dan ketakutan. Semuanya melahap habis sumbu-mu. Bodoh, tau tidak?
Kemana kobaran api yang selalu menyala dan membakar langit? Kemana kobaran api itu? Lebih baik kamu pergi, entah kemana. Berkelana lah, cari kembali sang api. Tidak ada? Buatlah sendiri. Semua bahannya ya di dalam dirimu sendiri. Api tidak didapat dengan duduk diam atau bersatu dengan air.
Api macam apa yang bersatu dengan air? Air bagi api adalah bunuh diri. Berdampingan, baiklah, tapi tidak bersatu. Ia dapat melahapmu habis.
Curiga datang. Jangan - jangan, sumbu itu kamu potong sendiri? Sang gelap sudah merasuki tanganmu. Tuh kan, bodoh. Kamu tidak boleh disini, cepat pergi.
Sebelum kamu memotong tubuhmu sendiri.
Ini sungguh bukan dirimu.
Pintu terbuka, masih gelap. Tapi pipi ini basah karena ciuman dari hujan. Awal yang baik untuk pagi yang baik. Sudah lama rasanya, terjaga ketika sendiri dan dibangunkan oleh hujan. Dasar, si kekasih yang selalu datang dan pergi....dan penuh kejutan. Itu yang kusuka darinya.
Mana si gelas berasap yang biasanya sudah tersedia depan mata? Ah iya...masih gelap. Semuanya masih beralam mimpi.......Teringat. teringat. Gelas, asap dan aroma. Teringat. Teringat. Hujan. Teringat. Teringat.
Pagi yang penuh kejutan, dasar hujan. Mencium dan kemudian menyentil? Hebat betul ya, kamu.
Teringat sebuah jiwa yang sedang redup sinarnya. Sedih betul, aku melihatnya. Ingin kubelikan cahaya pendar kalau bisa. Ingin kubelikan lilin kalau bisa. Ingin kubelikan pemantik, kalau bisa. Kalau itu dapat menyalakan sumbu-mu lagi. Bahkan, sumbu-mu tidak lagi terlihat. Tidak kasat mata.
Seperti tertutup, tenggelam dalam gelapnya jebakan jiwa. Terperangkap kegalauan dan ketakutan. Semuanya melahap habis sumbu-mu. Bodoh, tau tidak?
Kemana kobaran api yang selalu menyala dan membakar langit? Kemana kobaran api itu? Lebih baik kamu pergi, entah kemana. Berkelana lah, cari kembali sang api. Tidak ada? Buatlah sendiri. Semua bahannya ya di dalam dirimu sendiri. Api tidak didapat dengan duduk diam atau bersatu dengan air.
Api macam apa yang bersatu dengan air? Air bagi api adalah bunuh diri. Berdampingan, baiklah, tapi tidak bersatu. Ia dapat melahapmu habis.
Curiga datang. Jangan - jangan, sumbu itu kamu potong sendiri? Sang gelap sudah merasuki tanganmu. Tuh kan, bodoh. Kamu tidak boleh disini, cepat pergi.
Sebelum kamu memotong tubuhmu sendiri.
Ini sungguh bukan dirimu.
Wednesday, January 19, 2011
Mute
Kamu tau kenapa telinga berada di sisi wajah, bukannya di depan perut atau di dekat kaki?
Kenapa?
Agar telinga dapat juga mendengar cerita dari matamu. Bukan hanya dari mulutmu saja.
Tuesday, January 18, 2011
Scroll Lock
I couldn't help but feel guilty. Going to college is a huge deal. Not only for me, I believe, but also for my parents. Handling the tuition and stuffs. How much amount of money they've to spend on me. The guilt is there, I'm telling you.
My sister said that I shouldn't worry about such things, because, it's their responsibility, to send their kids to college so that they can pursue their education and hopefully a step closer towards becoming who they want to be. Shortly, their dreams. And also, my sister said that it's not spending, but more like investing. My parents are investing on me. Imagine like the businessmen investing their money into a prospective company or a child investing her time to play or an actress-wanna-be investing her time to go into an acting workshop. People will not invest, unless they know that whatever they're investing on is either prospective or fun (in this case, look at the child case).
The question is : Am I prospective enough, am I qualified enough...to be invested?
Sunday, January 16, 2011
...
Ku lari ke hutan kemudian menyanyiku
Ku lari ke pantai kemudian teriakku
Sepi..sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau di pasar..
Bosan aku dengan penat
Enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring labah-labah belang di tembok keraton putih
Kenapa tidak kau goyangkan saja locengnya biar terdera
Atau aku harus lari kehutan
Belok ke pantai..?
- Rangga
Ku lari ke pantai kemudian teriakku
Sepi..sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau di pasar..
Bosan aku dengan penat
Enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring labah-labah belang di tembok keraton putih
Kenapa tidak kau goyangkan saja locengnya biar terdera
Atau aku harus lari kehutan
Belok ke pantai..?
- Rangga
Friday, January 14, 2011
Starry eyes
"Allow tea to elevate your spirit. I invite you to have a cup, contemplate the day, and drift away."
- Miriam Novalle
Kotakotak
Mereka, yang dengan bertemu saja, membuat saya lega.
Mereka, yang dengan saling menatap saja, membuat saya merasa di rumah.
Mereka, ya mereka.
Terima kasih karena telah memberikan kembali nafas hidup ketika oksigen menjadi komersil.
Terima kasih karena telah mengembalikan syaraf tawa ketika perlahan tertutup oleh syaraf berpura-pura.
Terima kasih karena telah memberikan hari yang indah walaupun diawali pagi yang buruk.
Kalian itu siapa sih? Bisa saja ya?
Kalian bukan pahlawan super atau apa gitu kan ya?
Jujur saja lah.
Monday, January 10, 2011
Smooth(ie)
Kalau dipikir - pikir, saya belum mengepost satupun yang berbau "taun baru" ya? Baiklah, ini dia post yang (mungkin) telah dinanti-nantikan.
Tahun 2010, yang pasti tahun yang dashyat. Banyak tangis, banyak tawa, banyak teriakan, banyak sakit hati, banyak kebohongan, banyak topeng, banyak pencerahan, banyak penjelajah, banyak penduduk tetap, banyak. Semua yang mungkin ada dalam hidup terangkum singkat, padat dan jelas dalam 365 hari 8760 jam 525600 menit dan 31536000 detik.
Tahun 2010, penuh pelik. Saya tidak pernah merasa selelah itu menjalani satu tahun, tapi juga tidak pernah merasa sebahagia itu. Aneh bukan? Ya, aneh. Banyak yang saya temukan, banyak juga yang perlu saya lepaskan. Saya rasa itu hidup.
Tahun 2010, saya tau. Ya, saya tau cita - cita saya. Saya akhirnya dapat menggambarkan sosok saya dalam 5, 10, 15 tahun kedepan. Karena saya tau apa yang saya inginkan. Akhirnya, hidup saya memiliki arah tujuan dan semangat yang terus tidak akan mati di dalam sini. Ya, hati saya sini. Panggil pemadam kebakaran terberani di seluruh antero jagat, atau pembela keadilan dan kebenaran yang dapat mengeluarkan sinar laser, mereka tidak akan dapat memadamkannya.Coba saja kalau kamu mau.
Tahun 2010, saya menemukan diri saya. Banyak pelajaran yang benar - benar tidak hanya saya petik, tapi juga saya jejal ke dalam mulut saya sampai ke akar - akarnya. Muntah bukan sesuatu yang luar biasa, setiap kali mungkin saya berusaha memuntahkannya. Tapi, pada akhirnya muntahan itu akan kembali ke mulut saya. Jijik memang. Susah memang. Sakit memang. Tapi toh akhirnya berhasil saya telan juga.
Tahun 2010, saya banyak berbohong. Berbohong sana berbohong ini. Topeng sana topeng sini, semua demi mereka - mereka yang saya perjuangkan. Yang saya sayangi. Mengorbankan ini mengorbankan itu, semua demi mereka. Tangis rahasia sebelum tenggelam dalam alam mimpi, teriakan dalam hati yang tidak bisa diam, hingga berbohong menjadi suatu hal yang mudah. Seperti berbicara fakta, katakanlah begitu. Ujung-ujungnya, diri sayapun bisa saya kelabui. Ya, semua demi mereka. Hanya, demi mereka.
Tahun 2010, pertengkaran sengit banyak terjadi. Pertengkaran yang susah bertitik temu. Pertengkaran yang wasitnya kabur entah kemana hingga menggantung. Pertengkaran yang penuh sandiwara. Drama, drama, drama. Seakan mengantri untuk saya telan. Mau apa sebenarnya mereka dengan saya?
Tahun 2010, maaf untuk mereka yang telah saya kelabui. Saya mainkan perasaannya. Saya kelabui dengan teganya. Maaf. Sungguh, percaya sama saya. Semua ada maksudnya, dan mungkin ini bukan saat yang tepat untuk dibuka. Tapi, percaya sama saya.
Maaf juga untuk sosok yang begitu berjasa dalam membuat saya menjadi saya yang sekarang. Beliau.
Tahun 2010, terima kasih. Sungguh, bahkan kata terima kasih tidak dapat menggambarkan betapa bersyukurnya saya atas betapa kacaunya tahun itu. Pelajaran yang saya dapat bukan main-main.
Terima kasih untuk mereka yang selalu ada untuk saya. Terima kasih untuk mereka yang telah pergi. Terima kasih untuk mereka yang menarik saya kembali ke cahaya. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.
Sekarang tahun 2011, akan saya nikmati baik-baik. Bibit - bibit yang sudah ditanamkan oleh 2010, ini saatnya kalian tumbuh.
Selamat tinggal 2010.
Tahun 2010, yang pasti tahun yang dashyat. Banyak tangis, banyak tawa, banyak teriakan, banyak sakit hati, banyak kebohongan, banyak topeng, banyak pencerahan, banyak penjelajah, banyak penduduk tetap, banyak. Semua yang mungkin ada dalam hidup terangkum singkat, padat dan jelas dalam 365 hari 8760 jam 525600 menit dan 31536000 detik.
Tahun 2010, penuh pelik. Saya tidak pernah merasa selelah itu menjalani satu tahun, tapi juga tidak pernah merasa sebahagia itu. Aneh bukan? Ya, aneh. Banyak yang saya temukan, banyak juga yang perlu saya lepaskan. Saya rasa itu hidup.
Tahun 2010, saya tau. Ya, saya tau cita - cita saya. Saya akhirnya dapat menggambarkan sosok saya dalam 5, 10, 15 tahun kedepan. Karena saya tau apa yang saya inginkan. Akhirnya, hidup saya memiliki arah tujuan dan semangat yang terus tidak akan mati di dalam sini. Ya, hati saya sini. Panggil pemadam kebakaran terberani di seluruh antero jagat, atau pembela keadilan dan kebenaran yang dapat mengeluarkan sinar laser, mereka tidak akan dapat memadamkannya.Coba saja kalau kamu mau.
Tahun 2010, saya menemukan diri saya. Banyak pelajaran yang benar - benar tidak hanya saya petik, tapi juga saya jejal ke dalam mulut saya sampai ke akar - akarnya. Muntah bukan sesuatu yang luar biasa, setiap kali mungkin saya berusaha memuntahkannya. Tapi, pada akhirnya muntahan itu akan kembali ke mulut saya. Jijik memang. Susah memang. Sakit memang. Tapi toh akhirnya berhasil saya telan juga.
Tahun 2010, saya banyak berbohong. Berbohong sana berbohong ini. Topeng sana topeng sini, semua demi mereka - mereka yang saya perjuangkan. Yang saya sayangi. Mengorbankan ini mengorbankan itu, semua demi mereka. Tangis rahasia sebelum tenggelam dalam alam mimpi, teriakan dalam hati yang tidak bisa diam, hingga berbohong menjadi suatu hal yang mudah. Seperti berbicara fakta, katakanlah begitu. Ujung-ujungnya, diri sayapun bisa saya kelabui. Ya, semua demi mereka. Hanya, demi mereka.
Tahun 2010, pertengkaran sengit banyak terjadi. Pertengkaran yang susah bertitik temu. Pertengkaran yang wasitnya kabur entah kemana hingga menggantung. Pertengkaran yang penuh sandiwara. Drama, drama, drama. Seakan mengantri untuk saya telan. Mau apa sebenarnya mereka dengan saya?
Tahun 2010, maaf untuk mereka yang telah saya kelabui. Saya mainkan perasaannya. Saya kelabui dengan teganya. Maaf. Sungguh, percaya sama saya. Semua ada maksudnya, dan mungkin ini bukan saat yang tepat untuk dibuka. Tapi, percaya sama saya.
Maaf juga untuk sosok yang begitu berjasa dalam membuat saya menjadi saya yang sekarang. Beliau.
Tahun 2010, terima kasih. Sungguh, bahkan kata terima kasih tidak dapat menggambarkan betapa bersyukurnya saya atas betapa kacaunya tahun itu. Pelajaran yang saya dapat bukan main-main.
Terima kasih untuk mereka yang selalu ada untuk saya. Terima kasih untuk mereka yang telah pergi. Terima kasih untuk mereka yang menarik saya kembali ke cahaya. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.
Sekarang tahun 2011, akan saya nikmati baik-baik. Bibit - bibit yang sudah ditanamkan oleh 2010, ini saatnya kalian tumbuh.
Selamat tinggal 2010.
Monday, January 3, 2011
White Mouse
What's up with human nature?
Is it written on the wall that humans are destined to want what they shouldn't have?
I don't know about you, but I do.
The more I shouldn't have it, the more I want it.
The more you restrict me, the more I'll bail myself out to get it.
I believe some of you who read this, feel the same way.
Why am I so sure? Because we're all humans, you and I.
Some of you, who feels not the same way I do, I believe is in denial.
Again, because we're all humans, you and I.
It's not only written on the wall, but also on the sky. That it is our nature. Like vampires that crave for blood or a child dream on getting on a roller coaster. The higher the restriction and dangerous level, the more interesting it gets. Hence, curiosity. And it's a fact that curiosity drives your adrenaline mad that makes you feel more excited about life. About what's happening around you.
That's why, challenge (that's what it's called) is sought.
Aaaaaaaaaaaaaaand, that's the part where I fall into the wrong pit. I always look and search for challenge out there served on the table for me to enjoy, but I sought too much excitement that I always end up at things that are impossible for me to achieve. Things with not only the highest level of restriction but also difficulty. As a result, I never feel truly satisfied.
Come to think about it, it's a good thing.
Come to think about it twice, questions are born.
Come to think about it again and again, I sorted the question.
Come to think about it for the last time, I got a winning question.
And, the winning question happens to be : "When will I ever be happy... if I'm never satisfied?"
Please, just for once. Give me a chance to have something that I want, NOT, what I need.
Because you know what?
I need that.
I need to feel at least a bit of satisfaction of getting what I want, and maybe just maybe, I can decide my own pocketful of sunshine.
Subscribe to:
Posts (Atom)