Selamat hari Ibu.
Seorang perempuan menitikkan air mata di pojok ruangan cafe. Wajahnya tetap merah merona, seakan tidak ada masalah, tapi matanya berkata lain. Matanya terus berair dan berair dengan wajah yang begitu lurus. Tanpa ekspresi. Kontras, kata yang tepat untuk menggambarkannya.
Kalau saja ada kaca pembesar yang menunjukkan isi hati seseorang, sepertinya sedang ada perang hebat antara hati dan pikirannya. Perang yang terjadi hanya di satu tempat. Raganya. Raga-nya yang terlihat begitu rapuh dan rentan terhadap liarnya tiupan angin dan dinginnya udara di sekitarnya.
Terlihat berkali - kali matanya mendelik ke arah telefon genggamnya, kemudian memalingkan kembali pandangannya. Mendelik, menolak, mendelik, menolak, begitu terus hingga terdengar seruput green tea latte yang keras tanda ia harus membeli secangkir lagi.
Entah apa yang akan dilakukan perempuan itu nantinya, yang pasti sekarang saya harus membeli secangkir tall green tea latte lagi, karena baru saja kuseruput tetes terakhir.
Selamat hari Ibu.
No comments:
Post a Comment